Aku selalu berharap 24 jam
perputaran waktu tanpa pertemuan akan membingkaimu dalam rindu yang menggebu.
Lalu 48 jam perputaran waktu tanpa pertemuan akan menggiringmu pada dahaga akan
peluk dan kecup. Namun, tahukah kau bulan kedelapan akan menjumpai akhirnya
tidak lama lagi dan kau tak sepatahpun pernah menyapaku.
Telah begitu jauh aku pergi, juga begitu banyak orang yang telah kutemui. Teman kampus, tetangga kostan, teman
main, bahkan beberapa orang yang tak kukenali yang kemudian menyapaku. Di
jalan, di halte, di rumah makan, atau di bus. Namun tahukah kamu, dari setiap
pertemuan itu, dari setiap perbincangan itu, tak ada satupun yang mampu
menghapus dirimu yang berjejalan di kepalaku.
Hampir di setiap pagi, ketika
matahari mulai terlihat dari balik jendela, detik itu aku mulai menghitung
satu, dua, tiga, hingga hitungan ke 86400 tak ada sapamu. Jemariku telah begitu
rindu menuliskan namamu, mataku telah begitu rindu membaca namamu, mulutku
telah begitu rindu mengucapkan namamu namun hatiku begitu malu menyapamu lebih
dulu. Tahukah kau “hai” yang dulu sering kau kirimkan melaui pesan singkat akan
meluruhkan segala rinduku ? Akan membuatku yakin bahwa aku masihlah ada dalam
daftar sapamu bulan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar