Laman

Rabu, 19 Februari 2014

Sebab Cinta yang Menguatkan

Nulisbuku FF2in1    "Semua Karena Cinta_Joy Tobing

Indah sekali tempat ini. Tidak dapat kuungkapkan dengan kata-kata. Ini kali pertama aku mendaki gunung dan ternyata tidak semenyeramkan  yang aku bayangkan. Mataku kemudian terhenti pada seorang bapak yang sedang duduk kelelahan di bawah pohon yang tidak cukup rindang melindungi dirinya yang kewalahan menahan teriknya matahari pagi itu.
Rasa penasaran dengan barang bawaannya membuatku memberanikan diri mendekatinya. Aku menghampiri bapak lalu mengajaknya ngoborol.
“ Belerang Pak ?” tanyaku pada si bapak
“ Iya mbak.” jawabnya sambil tersenyum
“ Ini berapa kilo pak kira-kira ?”
“ Sekitar 40 kilogram mbak.” jawab bapak enteng yang membuat mataku sedikit terbelalak.
“ Bapak mikul 40 kilogram dengan jalur berbahaya seperti ini pak ?”
“ Yah mesti gimana lagi mbak. Kalau gak begini anak istri saya makan apa ?”
Sedikit terenyuh mendengar cerita bapak itu. Pak Karto namanya. Bekerja sebagai pengangkut belerang sudah 17 tahun. Bekerja dari jam dua pagi sampai jam lima sore. Naik turun gunung dengan beban belerang yang luar biasa berat di pundaknya. Semua dilakukan dengan tulus dan ikhlas sebab rasa cinta dan tanggung jawab kepada anak istrinya. Luka di sekitar leher, peluh yang luar biasa juga resiko kerja yang sangat tinggi tidak pernah membuatnya berhenti berjuang dari hari ke hari. Lalu seberapa besar pengorbanan itu dibayar ? Rp 800 untuk setiap kilogramnya. Aku hanya bisa mengurut dada dan menyeka air mata. Betapa luar biasanya cinta hingga membuat seseorang mampu terus bertahan di tengah penderitaan, mungkin di sepanjang hidupnya. 

Minggu, 09 Februari 2014

Guruku Tersayang

Tidak pernah menyangka bisa bertemu dengan beliau. Guru yang luar biasa di hidupku, punya peran yang sangat penting. Dia adalah guru yang membuat aku begitu mencintai Fisika, guru yang membuat aku menjadi siswi yang tidak biasa-biasa saja di sekolah, guru yang membuat aku sangat istimewa melebihi apa yang pernah kubayangkan, guru yang membuat aku mengenang masa-masa SMP sebagai masa-masa paling indah dalam hidupku.

Hari ini bertemu beliau dan sepanjang hari tidak pernah berhenti tersenyum. Sungguh tidak pernah menyangka bisa bertemu lagi dengannya setelah hampir 10 tahun tidak pernah bertemu. Dan dia, tidak berubah sedikitpun. Tetap seperti guruku yang kukagumi lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Tetap cool, tetap cerdas, tetap menyenangkan dan tetap memujiku setinggi langit.

Ah… senang sekali bisa bertemu dia hari ini. Sungguh, tidak bisa lagi kuungkapkan dengan kata-kata, sebab sudah sangat lama aku sangat ingin bertemu dengan beliau dan kemarin seperti mimpi yang menjadi kenyataan, bisa mencium tangannya, bisa mendengar suaranya dan bisa kembali mengagumi sosoknya yang begitu inspiratif dan motifatif. Sejam lebih ngobrol dengannya rasanya tidak cukup.


Dan selalu, setiap kali ngobrol, dia pasti memberi wejangan. Kalau dulu dia selalu memotifasiku agar bisa mengejar mimpi, tidak pernah berhenti belajar dan selalu menjadi yang di depan, hari ini dia menasehatiku agar tidak melulu memikirkan belajar dan belajar sebab aku sudah tumbuh dewasa. Dia lebih banyak memberi nasehat tentang kodratku sebagai seorang wanita, bagaimana wanita seharusnya dan pentingnya keluarga. Hahaha… guruku sayang, akhirnya baginya aku  bukan lagi anak-anak yang harus belajar dan belajar melulu. Terima kasih bapak guruku sayang. Semoga kita bisa bertemu lagi dengan aku yang jauh lebih baik dan kamu yang masih tetap baik.

Senin, 03 Februari 2014

Ijen

Ketika itu kurasakan keintiman dengan alam yang begitu nyata
Keindahan yang seakan membuatku tak akan menolak jika mati di sana
Ah…mungkin karena ini yang pertama
Namun segala nafsu hilang entah ke mana
Hanya ingin terus duduk di sana, menikmati keindahannya
Sungguh, kakiku telah membawa aku kepada tempat yang tak pernah kusangka akan kujamah
Hanya dengan sebuah ketidakyakinan, indahkah ia ?
Tapi ya aku kini sadar
Tuhan tak pernah menjanjikan kesia-siaan
Ia, sang Ijen berdiri dengan megah
Ah, ingin kujabarkan kawan betapa indahnya ia
Namun sungguh, telah habis semua kata
Semoga kau juga bisa menikmatinya
Sungguh, aku semakin yakin dunia ini indah

Maka, hanya akan kunikmati saja



Cukup Puisi

Cukup ingin kukatakan
Semoga puisi ini sampai kepadanya
Sebab di sini segala doa dan harapan telah kutulis
 Sebab aku tak tahu menyebunyikannya selain dengan puisi
Cukup, cukup kamu baca meski tak mengerti

Entah

Entah…Aku paling menyukai adegan itu. Malam, saat bintang sedang ramai berbincang. Saat ombak  begitu terbuai dengan hembusan lembut sang angin. Saat menuju pulang pada sebuah kapal. Ada kamu, duduk persis di depanku. Yang entah memandangku atau tidak. Tapi sesekali kita saling melempar senyum. Lalu sibuk dengan pikiran masing-masing.


Entah…Aku paling tak bisa melupakan adegan itu. Saat aku jatuh tertidur dan kamu masih duduk di situ. Lalu tiba-tiba kapal berhenti dan mengeluarkan bunyi hebat. Aku terkaget dan kamu tersenyum. Bintang, mereka masih asyik berbincang. Sepertinya sedang sangat bahagia, hingga terlihat begitu cerah. Hingga aku bisa melihat, kamu sedang duduk memperhatikanku. Mungkin sejak sejam yang lalu.