Laman

Kamis, 16 Januari 2014

Mungkin Cukup

Mungkin cukup menyimpannya dalam doa
Mungkin cukup menikmatinya dalam hati
Mungkin cukup mengharapkannya dalam mimpi
Mungkin cukup seperti itu saja
Sebab segalanya akan terjawab nanti
Setelah aku siap, setelah waktu tepat
Mungkin akan indah
Seperti penantian dengan harapan besar
Semoga diijabah…

RAHMAN

Ingin rasanya memenuhi semua pintamu
Sebab telah banyak yang engkau beri untukku
Namun entah cintaku mungkin yang tidak sebanyak cintamu
Hingga tapi,tapi,tapi dan segala macam pertimbangan tidak lantas membuatku melakukan ang kau inginkan

Seperti sebuah alur yang semestinya berjalan setelah ia tertulis
Sejatinya sebuah senja yang selalu rela keindahannya direnggut malam
Juga seperti pagi yang meski belum siap tapi harus datang sebab telah diperintahkan
Maka seharusnya seperti itulah aku kepadamu
Sebab telah kuputuskan untuk hidup dalam aturanmu
Sebab telah kuniatkan untuk hanya mencintaimu
Sebab telah kuikhlaskan sepanjang hidupku hanya untukmu

Semoga aku akan tetap mencintaimu
Seperti kecintaan bulan pada malam yang menjadikannya ada
Seperti tetes-tetes hujan yang menghapus dahaga tanah yang kering
Semoga jalanku akan semakin dekat denganmu
Wahai yang Maha Kasih, Sang Kekasih

Selasa, 14 Januari 2014

Ah...

Kata-kata puitisku telah hilang
Aku tertahan di sana
Di antara musim yang tak pernah menyegarkan
Di antara rerumputan yang enggan bergoyang
Ah apalah aku di antara realita
Hanya seperti bayang yang menjemukan
Tidak jua berwarna, tak nampak menyenangkan
Seperti kata-kata yang bersilangan
Saling lahap, saling menghapus lalu menghilangkan makna
Ah apalah aku tanpa rasa
Sungguh telah mati jiwa
Berjalan hanya menapaki tanah tapi tak tahu ke mana
Hilang arah
Ah…

Tidak Juga Lebih Baik

Ada terlalu banyak kata berseliweran di kepala
Hingga tidak lagi kutahu mesti mnggunakan yang mana
Padahal yang ingin kukatakan sederhana
Bahwa setiap manusia itu harus berubah
Jadi lebih baik adalah seharusnya
Namun tentu tidak mudah
Maka mari kita berusaha sekuat tenaga

Minggu, 12 Januari 2014

Hujan Kesepian

Bukan karena tak ada pilihan aku memilih basah
Itu sebuah isyarat bahwa aku ingin berteman
Pada rinai yang memperdengarkan lagu kerinduan
Pada tetes-tetes yang menyentuhkan dingin hingga aku beku
Aku ingin berteman
Sebab sehari ini aku lelah berpeluh
Mereka tidak pernah mengerti aku kesepian
Dan kamu dengan lagumu pada tanah berumput
Pada aspal berdebu
Pada daun yang belum juga gugur
Telah membuat aku yakin
Bahwa hujan adalah kesepian yang meramaikan kesendirian

Sabtu, 11 Januari 2014

Kisah Hati dan Tuan Pemilik Anyelir

Malam ini berbalas-balasan puisi sama seorang sahabat. Awalnya cuman iseng-iseng aja tapi kok jadi asik dan berlanjut, hihihihi…Ini dia puisi-puisi kami :

Diawali dengan sebuah kalimat sangat sederhana ini dari dia. Entah itu bisa dibilang puisi atau tidak. Tapi itu awalnya, hehehe… 


Lalu lanjut dengan puisi-puisi ini :

Dia : Akhh hati, kukira kamu sudah tahu siapa yang sebenarnya aku pilih, tetapi kenapa seenaknya kamu mempermainkanku ?

Aku : Kepada hati yang mana kamu memilih ? Bila itu aku, maka buatlah aku sedikit saja mengerti sebab aku belum tahu jalan menujumu.

Dia : Hati itu seperti pelangi yang tampak berbagai macam warna, padahal cuma satu warna, putih.

Aku : Sayang, aku tak pernah mengagumi putih sebagai warna. Aku mencintai rona seperti jingga pada sejumput senja.


Tidak menyangka setelahnya dia lebih lepas nulis,hehehe. Ini lanjutannya :

Dia : Akhh kau mengingatkanku pada senja terakhir di bulan Agustus. Kala itu kusematkan setangkai anyelir di telingamu, lalu kau membalasnya dengan sedikit kecupan di dahiku sambil berkata "jaga hatiku untuk hatimu."

Aku : Ya, tapi tahukah kau waktu telah berlalu begitu lama. Kau telah berlabuh ke banyak dermaga. Lalu pada akhirnya aku dan setangkai anyelir menunggu, menatap hampa, layu dan sendu.

Dia : Aku hanya seorang pria yang mencoba menaklukkan dermaga, demi sebuah ego. Yang pada akhirnya ego itu akan tertuju padamu.

Aku : Tidak perlu! Ego hanya akan menyesatkanmu lalu lupa jalan pulang. Apa bedanya dengan kumbang yang menghisap sari bunga lalu terbang entah ke mana, kepada siapa.

Dia : Kepada kamu tentunya pencarianku akan berlabuh. Tapi jika anyelir yang sudah kuberikan telah layu, aku rela kau memilih sampan yang akan membawamu ke sungai kebahagiaan.

Aku : Tidakkah kau tahu? Kisah setangkai anyelir yang layu tak jua berbalas rindu. Hanya menunggu tak terbasuh temu. Ah malang, sang Tuan bukan membawa setangkup air menyegarkan, malah melepasnya pergi. Menunggu, mencinta tiadalah berguna.


Dan akhirnya balas-balasan puisinya selesai karena dia baru ngeliat pengendara motor yang tertabrak mobil di pinggir jalan, hufffttt. Tapi kaget juga, ternyata dia bisa juga bikin puisi, hahaha....


Aku mesti bilang apa? Mesti bilang mari berpuisi sebab itu sungguh menyenangkan dan membuatmu terlihat keren. Setidaknya itu bagiku ^^

Senin, 06 Januari 2014

Jarak yang Mengasingkan

Aku rasa jarak terlalu kejam
Ia membuat yang tak berjarak menjadi begitu jauh
Padahal jarak begitu tahu
Keberadaannya menjadikan segalanya asing
Hanya saling memandang namun tak dapat menyapa
Lalu apa gunanya?

Tak ada, selain menyadari bahwa mereka sedang terpisah

Kamis, 02 Januari 2014

Halo 2014



Halo…
Haruskah aku mengucapkan selamat datang
Atau kamu yang menyambutku datang
Pada dasarnya kita tidak pernah tahu siapa yang menghampiri siapa
Yang kita tahu sekarang kita bertemu dan akan terus bertemu
Setidaknya hingga waktu berikutnya datang, atau aku yang datang kepadanya

Halo…
Mari kita bersahabat di sisa-sisa waktu
Sebab tidak selamanya kamu di sini
Tidak selamanya kita bersama
Semogalah kita bisa saling mengerti
Kamu menjadi hari-hari terbaik dalam ingatanku
Dan aku menjadi orang terbaik yang pernah ada bersamamu
Setidaknya kita tidak saling menyia-nyiakan

Halo…
Bersenang-senanglah denganku, begitupun aku denganmu
Mari kita saling mencintai
Sebab tidak lama kamu berada di sini
Sebab akupun akan mengatakan hal yang sama untuk yang datang setelahmu
Juga mengatakan hal yang sama untukmu seperti yang telah pergi setelahmu