Laman

Sabtu, 05 Juli 2014

Pemilu Pilu

Semua punya kepentingan ketika memilih. Itu hak, katanya hak setiap warga negara. Tapi ketika memilih si A lalu menjelek-jelekkan si B atau memihak si B dan memfitnah si A, itu tindakan yang kurang manusiawi oh atau juga tidak negarawan. Itu terlalu kekanakan. Manusia zaman sekarang itu hidup dengan berbagai kepentingan, memaksa kita memilih untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Lalu yang kurang mengerti dan tidak mengerti akan ikut-ikut saja jika disulut, ikut terbakar maksudnya.

Dan ada pula yang apatis yang kemudian dipandang berada pada kubu yang paling pengecut dan harus dibasmi dari muka bumi. Lalu apa kabarnya yang sama sekali tidak mengerti tapi sok mengerti dan jadi sok fanatic dengan salah satu kubu. Bukannya itu lebih membahayakan negara. Yang katanya peduli negara tapi sama sekali tidak mengerti apa yang mereka pilih. Hayo loh, yang memilih mestinya mengerti apa yang mereka pilih, termasuk yang memilih tidak memilih harusnya punya alasan yang kuat mengapa seperti itu meskipun seharusnya tidak.

Ah anehlah negaraku ini. Termasuk pula aku. Bukan apatis, juga sama sekali bukannya tidak peduli. Hanya saja sosok pemimpin yang menjadi impianku belum juga muncul-muncul. Tidak satu atau dua. Tapi kata bapakku, harus percaya pada pilihannya sebab itu yang terbaik untuknya. Dan menurutku yang terbaik bagi bapakku pastilah terbaik juga untukku. Setidaknya aku yakin, meskipun bapakku punya kepentingan di dalamnya, kepentingan itu tentulah akan berdampak pula padaku. Mungkin kenaikan uang jajan hahaha...