Laman

Minggu, 30 Maret 2014

Sakit Tidak Untuk Menyakiti

Tidak usah bertanya seperti apa rasanya sakit karena ini
Sebab aku telah begitu terbiasa
Sudah, sudah ada ribuan kali aku tak bisa tertidur karena kesakitan
Sudah, sudah ada jutaan tetes airmata setiap kali aku kesakitan
Tapi kali ini, kupastikan aku tidak akan lagi
Sakit, tentu saja sakit
Tapi tak akan kubuat sakit itu semenyedihkan dulu
Sebab aku telah kuat untuk alasan-alasan tertentu
Sebab aku tidak lagi ingin menangis untuk kesakitan yang sama
Sudah, memang sangat sangat sakit
Tapi untuk tahu sebarapa kuatnya aku, aku perlu sakit

Kepada Akar

Akar…
Bagaimana rasanya hidup tanpa harus meninggalkan tempat asalmu?
Bahagia terus bersama yang menjadikanmu ada
Masak dari daun yang sama
Makan dari batang yang sama
Tidur dalam buaian yang sama
Setiap hari, sepanjang hidupmu

Akar…
Di sini dunia terlalu kejam
Ada banyak yang terlahir lalu terbuang
Ada banyak yang melahirkan lalu dibuang
Mereka yang hidup hanya untuk hari itu saja
Besok? Urusan besok
Pulang, mungkin sudah lama mereka tak memikirkan
Harus ke mana? Tak ada yang bisa disebut rumah
Pulang? Mungkin satu-satunya ketika dia sudah terkubur

Akar…
Bagaimana kabarmu di bawah sana?
Ah pasti sangat menyenangkan
Aku lihat si daun semakin hijau dan berseri
Si batang semakin gemuk dan bahagia
Kamu pastilah selalu riang gembira
Tidak seperti malam ini
Berapa banyak tubuh ringkih yang tertidur pulas di pinggir jalan
Mungkin belum juga perutnya kenyang, namun lelah memaksanya terlelap
Miris, namun apalah dayaku akar
Aku tak sehebat dirimu
Bisa menopang hidup daun yang entah berapa banyaknya, juga batang yang entah sebanyak apa dia jika makan
Hahaha, batang akan marah jika aku mengatakan ini. Semoga dia sudah pulas

Akar…
Bantulah aku…
Doakanlah negeriku agar mereka yang hidup di sini bisa bahagia sepertimu
Agar tak ada lagi mereka yang tidur di pinggir-pinggir jalan
Di atas gerobak
Di tanah yang basah
Kelaparan, kedinginan
Ah…aku sudahi ceritaku malam ini akar
Aku malu, tak pernah kau dengar cerita indah tentang negeriku

Selamat tidur

Kamis, 27 Maret 2014

Kata Luka

Aku tuliskan kata-kata ini sebagai luka
Sebab aku benar-benar terluka
Luka yang semakin hari semakin melukai
Menggores satu demi satu luka
Semakin dalam dan semakin melukakan luka-luka yang seharusnya tidak lagi terluka
Ah kata, tak cukup kau mampu mewakili semua luka
Sebab lukaku sungguh, luka yang terluka lagi dan lagi, berkali-kali

Saat Itu Kamu

Tidak ingin dia tumbuh subur lalu mengakar
Juga tidak ingin dia hadir dan menjadi harapan
Sebaiknya mesti apa ?
Hadapi saja, lalu aku terluka ?
Atau pergi saja hingga aku lelah ?
Bukan…ini sama sekali bukan perkara bertahan atau pergi
Ini tentang kepada siapa dia tertambat
Jika itu kamu, maka satu-satunya pilihan adalah bertahan untuk tidak terluka

Haruskah Aku

Haruskah aku seperti hujan yang terang-terangan memperlihatkan bahwa dia rindu
Rindu pada daun yang menjadikannya embun yang menyejukkan
Haruskah aku seperti senja yang terang-terangan memperlihatkan bahwa dia cinta
Cinta pada petang yang menjadikannya indah
Haruskah aku seperti bulan yang terang-terangan memperlihatkan bahwa dia setia
Setia pada malam yang menjadikannya megah
Haruskah aku seperti dia yang terang-terangan mengatakan bahwa dia sayang
Bahwa dia menunggu, bahwa dia mengharapkan
Ah, mungkin tidak
Ada baiknya aku diam dan menikmati
Menikmati rindu, cinta, setia yang datang bermain bergantian
Sampai aku bosan dan merasa cukup

Jumat, 07 Maret 2014

Sekedar Ingin Mengingat, Kejadian Ini Pernah Bikin Terbahak

Kalau ingat kejadian tadi di kelas gak berhenti ketawa. Padahal kejadiannya gak terlalu lucu tapi entah kenapa jadi sangat lucu bagiku. Dosennya memang sudah lucu dari awal (lucu yang karena bapaknya memang benar-benar melucu dan lucu yang artinya cute ^^). Jadi begini ceritanya…

Saat bapaknya sudah mau mengakhiri perkuliahan, dia meminta absen yang dipegang oleh seorang temanku yang kebetulan duduk persis di depan bapak. Entah temanku itu gak dengar atau gak ngerti dia malah menyodorkan pulpen beberapa kali ke bapak padahal bapak mintanya absen. Mungkin karena bapaknya sudah merasa putus asa akhirnya dia mengajak temanku salaman yang konyolnya juga disambut dengan baik oleh temanku. Jadilah aku tertawa terbahak-bahak di kelas. Ekspresi mereka berdua lucu sekali. Kejadiannya sudah beberapa jam yang lalu tapi setiap kali ingat kejadian itu aku masih saja tertawa. Hahahaaaa…


Gak lucu ya ? Ya iyyalah jelas gak lucu. Lucunya untukku saja ya, kalian kebagian garingnya saja…Maaf kalau harus baca cerita gak penting ini hehehe ^^