Laman

Senin, 30 Januari 2012

Sesuatu > Air Mata

Sesuatu > Air Mata

Jika perpisahan adalah mutlak.......
Biarkan kuselip sesuatu di dalamnya
Sesuatu yang disebut senyum
Sesuatu yang disebut kenangan indah
Sesuatu yang disebut bahagia
Sesuatu yang disebut harapan
Sesuatu yang disebut kita

Bila perpisahan masih semenyakitkan ini.......
Biarkan kuselip setetes air mata di antaranya
Air mata karena aku sedih
Air mata karena aku sayang
Air mata karena aku kehilangan
Air mata karena aku masih ingin
Air mata karena kita
Untuk seorang sahabat yang sangat baik hati yang telah menemukan kehidupannya yang baru. Terima kasih selama ini telah menemaniku menemukan yang kuinginkan. Terima kasih telah hadir sebagai orang yang selalu mengerti. Terima kasih telah menempatkanku pada sebuah posisi tertinggi. SAHABAT. Will miss u so much....

Sepasang

Hari ini aku melihat....Melingkar di sepasang jari. Bukan muda mudi, bukan pasangan muda, bukan juga pengantin baru. Tapi menurutku sangat indah. Meski sangat jelas telah termakan usia.

Lalu karena tak tahan, sambil pura-pura melihat jam tangan aku lirik sang pemilik, sang suami, yang ada di samping kiriku. Matanya terus memandangi istrinya yang juga sang pemilik. Lembut....teduh....penuh cinta. Indah....Sang istri yang terus di awasi dengan sepasang mata tua sesekali membalas pandangan suaminya lalu tersenyum.

Sepasang yang melingkar di jari mereka, aku suka.... Sepasang mata yang terus awas, aku ingin.... Sepasang suami istri yang termakan usia, aku kagum.... Suatu saat aku juga.... ^_^

Kamis, 26 Januari 2012

Nenek....

Di suatu pagi yang nampaknya sama saja dengan hari-hari sebelumnya, aku berjalan menikmati sajian Tuhan yang indah. Semuanya sama, tidak ada yang istimewa. Sampai mataku mendapati sebuah senyum lucu dan menggemaskan. Makhluk itu mungil, penuh ketulusan tentu saja. Duduk di pangkuan seseorang yang jauh...jauh lebih tua darinya. Aku pasti akan memanggilnya nenek jika kusapa dia. Aku tersenyum pada si makhluk kecil dan sang nenek kemudian melanjutkan berjalan. Dan pagi itu, tidak lagi menjadi pagi yang biasa. Senyum bahagia sang adik kecil mengingatkanku beberapa tahun silam ketika, dia, orang yang sangat aku cintai masih bisa memelukku, membelai rambutku dengan kasih sayang dan membuatkan sarapan yang selalu aku sukai. Tidak akan ada  yang bisa menandingi rasanya. Lalu aku sadar, lidahku sudah terlalu kaku menyebut kata itu. Sudah sangat lama ketika terakhir kali kata itu keluar dari mulutku. Bahkan aku sempat lupa kalau dulu dia adalah satu-satunya teman yang bisa aku bagi apapun dengannya. Dia yang paling tahu, paling mengerti....

Aku masih mendapati diriku berjalan. Tapi kini tidak mampu lagi menikmati di sekelilingku. Di kepalaku, dihatiku hanya ada satu rasa, RINDU. Tiba-tiba ada yang menetes dari ujung mataku. Aku baru ingat, ini kali pertama aku menangis semenjak kepergiannya. Kutarik napas dalam-dalam dan kubisikkan satu kata dengan bibir bergetar....NENEK....Semoga kau mendengarnya.....