Laman

Rabu, 25 April 2012

Kamu atau Dia


Semenjak itu aku tersadar
Aku tidak lagi benar-benar bisa memilih
Antara mengakhiri atau memulai
Antara menanti atau menyambut
Antara meneduhkan atau menghangatkan
Antara menjadi penonton atau menjadi pelakon
Antara mencintai dan dicintai
Antara kamu atau dia
Dulu aku yakin, tapi kini aku bimbang…





Kepada Puisi


Kepada puisi
yang menggantung pada rima-rima imaji
aku selalu menyukaimu
di sanalah aku mampu menelanjangi perasaanku
membukanya secara nyata
namun kau tampakkan samar
pada pendar-pendar kata yang berjatuhan
pada hitam untuk putih
Mungkin bisa sebaris
mungkin pula sebait
atau bisa saja berbukit-bukit
tapi aku selalu berusaha merakit
mengarung pada lamat-lamat
dan lalu tenggelam menyelam
Kepada puisi
yang terus beterbangan seperti bunga dandeleon
aku pasti mencarimu
di situlah aku menjadi bebas
getir yang getas
atau amarah yang pedas
akan terasa indah padamu
karena kau puisi
aku memanggilmu…


Warna Dan Rona


Jika aku adalah warna
Maka kau adalah rona
Sejalan, beriiringan
Lalu melangkah
Bukan di depanku sebagai penuntun
Atau di belakangku sebagai pelindung
Tapi disampingku, menuntun saat ku tersesat
Melindungi saat ku menyesak
dan mendampingi 
Karena kita adalah warna dan rona



Lagu Tentangnya


Aku menyukainya
Memikirkaannya selalu membuatku tersenyum bahagia
Memandangnya selalu membuatku mengabaikan sekitarku
Aku selalu berputar, berpusar pada dunianya
Karena aku menyukainya
Aku menyukainya
Sampai saat inipun masih begitu
Mungkin masih ada durasi yang panjang
Mungkin masih dia yang paling istimewa
Mungkin aku masih menyukainya
Aku menyukainya
Mendengar tawanya aku tertawa
Mendengar pedihnya aku getir
Mendengar senandungnya aku menari
Mendengar ceritanya aku berlakon
Aku selalu menyukainya
Aku menyukainya
Biarkan begitu saja
Tuhan pasti tahu aku menikmatinya
Seperti aku menyukai duduk di pantai
Memandang ombak
Menikmati matahari terbit dan lalu tenggelam
Aku suka dia…
^_^

Nyanyian Keangkuhan


Aku adalah contoh sempurna yang nyata
Melihatkupun kau akan tahu
Aku ratu pada sebuah singgasana
Mewah pada megah
Elegan pada indah
Aku bukan putri
Tidak bergaun mewah
Atau bersepatu kaca
Tapi aku selalu istimewa
Selalu mampu menarik matamu menatapku
Melepas pandang dariku akan menyusupkanmu sesal
Karena setiap gerakku adalah indah
Dan kau tidak akan bisa mampu menolakku
Atau berpaling dariku
Aku tidak ingin dipanggil cantik
Meski mungkin sebagian orang mengatakan itu
Aku juga tidak sudi kau sebut jelita
Meski semua akan mengangguk sejutu
Aku adalah indah
Aku adalah menawan
Aku selalu istimewa
Aku adalah kesombongan
Aku adalah keangkuhan
Aku simbol kesempurnaan
Karena dari itulah aku bisa bertahan
Dari sanalah aku lahir
Akulah cinta…

Senin, 09 April 2012

Kekuatan Harapan...


Tahukah kau bagaimana rasanya bertahan di suatu tempat yang sudah tidak lagi memberikan kenyamanan padamu demi seseorang yang selalu kau inginkan kehadirannya? Tahukah kau bagaimana rasanya bertahan pada kondisi di mana otak dan hatimu tidak lagi bisa berjalan beriringan karena seseorang yang entah mengapa selalu menjadi tameng hatimu untuk tidak tunduk pada otak dan logika? Rasanya seperti melihat langit biru yang begitu indah dari kejauhan tapi ketika kau semakin mendekat, semakin kau yakin ternyata itu hanyalah sebuah substansi yang subjektif dan tak tersentuh. Rasanya seperti ketika kau mendengar deru ombak di pantai yang lamat-lamat menenangkan tapi jika kau berada persis di tengah pantai dan terkena ombak, kau tentu tidak akan mampu melawan dan akan terbawa, entah ke mana itu. Rasanya seperti kau mendengarkan permainan piano klasik yang indah tapi ketika kau mendekat dan mendapati sumber suara yang berasal dari piano, kau hanya akan melihat hitam dan putih dengan bentuk yang monoton. Rasanya sungguh tidak enak...
Tapi pada akhirnya kau akan tetap menikmatinya. Membuatmu terus berputar-putar pada harapan dan pikiran-pikiran buatanmu yang entah itu hanya sebuah metafora yang kau hiperbolakan atau hanya sarkasme perasaan yang kau buat seeufemisme mungkin. Membuatmu berimagosentris hanya pada perasaanmu sendiri dan mengabaikan logika. Semenderita apapun sebenarnya dirimu, kau akan tetap bertahan karena harapan ternyata jauh lebih mampu menguatkanmu...

Sabtu, 07 April 2012

Kisah Hati Pada Sebuah Bangku

Pada sebuah bangku yang tidak benar-benar kosong, ada sebuah cerita di sana. Ada hati yang bersahut-sahutan sepi pada sebuah senja yang berbeda. Senja yang nampak di sana terasa lebih malu-malu. Di sana, di bangku itu berkisahlah sepotong hati yang menerawang jauh ke selatan, ke sebuah tatapan teduh dan senyuman hangat sebuah pesona. Berkolaborasi dengan sapaan manja angin sore dan tatapan bulan yang masih bersembunyi pada rona awan. Di sana ada hati yang menaruh harap pada segantung awan yang diam-diam berarak ke selatan, tempatnya selalu ingin pulang atau sekedar merebahkan penat yang muncul kala pekat. Ada hijau di sana yang selalu mampu menawarkan sejuk namun kali ini tidak. Pikirannya hanya beradu pada sebuah kerinduan yang membentang seluas langit senja dan harapan, senyum itu masih akan tetap sama. Pikirannya melayang, berenang bebas pada hamparan laut luas yang nampak megah dari bangku itu. 
Kepada bangku yang tampak kosong tapi sama sekali tidak, biarkan pikirannya menerka-nerka ke mana angin akan melabuhkan rindunya. Asalkan angin masih berhembus jauh ke selatan, dia yakin pesannya akan singgah pada hati yang tepat. Di selatan yang sekarang jauh…

#Terinspirasi dari seorang teman yang mengupload foto ini di akun pribadinya...^_^


Kamis, 05 April 2012

Rumah Hatimu

Sampai kapan hatimu akan bermain-main pada keindahan yang selalu menawarkan godaan dan hasrat. Pada sebingkai kesempurnaan wujud yang selalu memainkan nadanya, mengundangmu untuk sekedar mencicipi rasanya bernyanyi, berdansa atau berlari bersamanya. Tapi tahukah kau ketika kau bisikkan rahasia – rahasia kecilmu yang dititipkan sisa malam pada sebuah pagi melalui setitik embun, atau kau gantungkan cerita – cerita lucumu pada biru awan kemudian di suatu waktu akan dijatuhkan oleh butir-butir hujan di langit yang sudah tak lagi sewarna dan kemudian ditangkap oleh hijau daun, akan selalu ada senyum yang meski terasa getir akan terus menjadi senyum paling kau dambakan ketika kau tak lagi mampu menahan hasrat untuk sekedar berbagi kisah – kisahmu yang tentu tidak begitu menarik bagi sebagian orang. Senyum yang selalu tertahan seperti itu, ringan dan membuatmu ingin terus bercerita tentang liku jalan, tentang gemercik hujan, tentang warna pelangi, tentang kicau burung, tentang langit senja, tentang terang bulan dan tentang apa saja yang telah kau lihat hari itu.
Dan pada suatu waktu yang entah kapan, suatu waktu yang pada akhirnya kau telah lelah berburu, bosan bermain – main pada pesona yang telah melelapkan matamu, kau akan mencari tempat pulang seperti hujan yang pada akhirnya akan mengalir dan bermuara pada sebuah tempat, seperti bulan yang terninabobokkan oleh hadirnya mentari pagi atau seperti sebuah bayangan yang akan terus mengikuti ke mana pemiliknya pergi, kaupun akan pulang, bermuara, terninabobokkan dan mengikutinya. Sebuah tempat yang sebenarnya telah kau miliki sebelum kau menyadari itulah satu – satunya milikmu yang paling nyata, sebuah persinggahan yang tidak akan pernah kau rasakan kejenuhan di dalamnnya karena bukan hanya sebuah keindahan yang tersuguh di dalamnya tapi juga sebuah ikhlas di ujung penantian panjang. Itulah dia tempat yang akan menjadi tempat hatimu pulang, dia adalah rumah, rumah hatimu...




Senin, 02 April 2012

???


Sudahlah…Mungkin memang waktunya untuk tidak lagi banyak berbicara dan cukup mendengarkan. Mungkin juga sudah tiba saatnya berhenti mencoba menjadi orang yang baik. Berada pada titik di mana muncul perasaan tidak lagi dihargai, tidak lagi dibutuhkan menjadi titik balik pemikiran bahwa setiap hubungan itu punya durasi. Dan tidak akan pernah ada yang semenyakitkan ketika menyadari orang-orang yang selama ini selalu menjadi yang paling penting dalam membuat kita senang menjalani hidup, membuat kita menjadi sedikit berharga ternyata tidak lagi sama. Dan mungkin ini adalah waktunya. Waktu untuk megucapkan terima kasih, waktu untuk mengungkapkan aku tetap menyayangi mereka dan waktu untuk mengucapkan selamat tinggal…

Minggu, 01 April 2012

Kamu Selalu....



Langit itu mendadak mendung berdelat...
Abu-abu yang pekat
Dan aku menatap lekat
Pada suatu masa yang penat
Aku makin tersendat
Perasaan ini telah lekat
Gemuruh itu menderu
Bersorak sorai seru
Pada hati yang semakin keruh
Pada mata yang sembab biru
Pada rasa yang telah mengabu separuh
Pada suara yang berdengu mengarau
Aku terus memandang
Pada langit abu-abu yang telanjang
Serasa ingin terus menerjang
Karena ingat kini semua melayang
Kamu telah terbang
Hatiku terus mengerang
Bagai tertusuk kederang
Pilu...
Malu...
Berlalu...
Dan lalu terkelu...
Mengeluh...
Pada kamu selalu...