Laman

Senin, 06 April 2015

Duh Rindu

Kamu lelah ?
Aku belum
Aku masih rindu

Duduk Duduk

Kapan-kapan saban hari
Kita duduk lagi di sini yah
Aku ingin dan masih candu dengan duniamu
Di sana, rasanya aku bisa berperan sebagai seorang putri
Dan kamu pangeran yang akan memeluk mimpiku
Ia, ketika kita duduk bersama
Dan kamu mulai bercerita


Setelah Sejam Mencoba Berpuisi

Ah aku benci
Tak ada kata yang pas untuk bisa mewakili ini
Padahal hanya ingin kuucapkan terima kasih
Lewat puisi
Agar bisa terasa sedikit manis

Segelas Teh Hangat

Wahai segelas teh hangat dihadapanku
Kau terjemahkan apa pertemuan ini ?
Yang kulihat di sana ada rindu yang menguap
Juga ada rasa yang tak bisa kuungkap
Hangat, manis dan penuh magis
Bincang, tawa dan apalah kau memberi ia nama

Wahai segelas teh hangat dihadapanku
Sampai duduk ini usai jangan kau habiskan rasa dalam gelasmu
Biar bisa kubagi dengan bibirku ketika dia berlalu
Sebab aku ingin manis ini tetap sama, seperti ketika aku dan dia membicarakan kamu
Wahai segelas teh hangat

Rabu, 01 April 2015

Malam Ini, Ketika Aku Mengungkap Rindu

Mesti kusebut apa rasa ini
Ia semacam rindu, tapi telah lama tak kukeluh
Dan tetiba muncul ketika temu tak mungkin terseduh
Hanya mengingat, jejak-jejak yang tertinggal
Yang terekam dalam waktu tapi tak bergerak ke mana-mana
Hanya berada di sana, ketika kita masih bersama
Ah, ini menyiksa tapi tak juga bisa kulawan
Sunyi senyap udara tetiba membekap dalam kenangan
Apa, apa yang mampu kuramu selain kenangan dan airmata

Sendu, rindu membawa pilu